Jumat, 17 Januari 2014

Sinus Paranasal




Radiologi adalah suatu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang memanfaatkan x-ray untuk mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan di dalam tubuh manusia. Seperti unit pelayanan kesehatan yang lain, radiologi pun memiliki petugas yang bertugas untuk mengoperasikan pesawat sinar x sehingga pelayanan kesehatan yang diinginkan dapat tercapai yang dinamakan radiografer.
Radiographer adalah seseorang yang diberi tugas dan tanggung jawab, hak dan wewenang secara penuh untuk melakukan pelayanan radiographi di unit pelayanan kesehatan. Dalam melakukan kegiatan radiografi terdapat berbagai macam jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang radiografer. Mulai dari tanpa menggunakan kontras sampai memakai kontras, CT Scan, MRI, dan lainnya. Dengan persiapan khusus atau pun tidak. Semua itu dilakukan untuk mendiagnosa kelainan dan gangguan yang ada dalam tubuh seseorang sesuai dengan klinis.
Salah satunya, yaitu pemeriksaan Sinus Paranasal. Pada pasien-pasien dengan keluhan klinis khas yang mengarah pada dugaan adanya sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, nyeri kepala kronik, nyeri kepala satu sisi (kanan ataukiri), nafas berbau, atau kelainan-kelainan lain pada sinus paranasal misalnya: mukokel, pembentukan cairan dalam sinus-sinus, atau tumor, trauma sekitar sinus paranasalis,diperlukan informasi mengenai sinus tersebut.
Sinus paranasal adalah sinus (rongga) pada tulang berada sekitar nasal (hidung). Rongga - rongga pada tengkorak ini berhubungan dengan hidung, dan secara terus – menerus menghasilkan lendir yang dialirkan ke hidung. Gangguan aliran ini karena berbagai sebab seperti penumpukan lendir di rongga sinus, jika terinfeksi oleh kuman akan menyebabkan  infeksi sinus yang disebut sinusitis. Sinus paranasal terdiri dari sinus frontalis,ethmoidalis, sfenoidalis dan maksilaris. Sinus - sinus ini bermuara ke dalam cavum nasi. Sinus paranasal dapat digolongkan dalam 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu golongan anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinusmaksilaris. Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis.
Dengan pemeriksaan radiologis tersebut para ahli radiologi dapat memberikan gambaran anatomi atau variasi anatomi, kelainan-kelainan pada sinus paranasalis dan struktur tulang sekitarnya, sehingga dapat memberikan diagnosis yang lebih dini.
Untuk memperoleh gambaran yang maksimum dari Sinus Paranasal terdapat beberapa teknik pembuatan radiografi yang dilakukan, salah satunya dengan menggunakan teknik kV optimum
A.   Tujuan

            Dalam penulisan makalah ini penulis memiliki dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk
1.    Memberikan informasi mengenai cara melakukan pemeriksaan Sinus Paranasal.
2.    Memberikan informasi tentang anatomi dari Sinus Paranasal.
3.    Menjelaskan tentang pemeriksaan Sinus Paranasal dengan teknik kV optimum
Adapun tujuan khusus dalam penulisan makalah yang berjudul Teknik kV Optimum Pemeriksaan Sinus Paranasal ini diantaranya adalah :
1.    Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan dengan menggunakan teknik kV optimum.
2.    Memahami klinis yang terjadi dalam pemeriksaan Sinus Paranasal.
3.    Mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan Sinus Paranasal.
4.    Memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen praktek Teknik Radiografi Lanjut.

A.   Anatomi Sinus Paranasal
Sinus paranasal merupakan merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala , sehingga berbentuk rongga di dalam tulang. Jadi sinus paranasal ialah rongga udara yang dilapisi oleh mukosa yang terletak di dalam tulang-tulang wajah dan tengkorak. Sinus paranasalis terbagi menjadi empat bagian, yaitu: sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis, dan sinus sphenoidalis.  Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius terdapat muara-muara dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Di daerah yang sempit ini terdapat prosessus uncinatus, infundibulum, hiatus semilunaris, recessus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior. Daerah yang sempit dan rumit ini disebut kompleks osteomeatal ( KOM ) yang merupakan factor utama patogenesa tejadinya sinusitis.


Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk.Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sphenoid. Fungsi sinus paranasal, sebagai berikut: membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan, jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak,
sebagai pengatur udara (air conditioning), peringan cranium,
resonansi suara, dan membantu produksi mukus.

 Sinus Maksilaris
Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I. Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae. Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa.Berhubungan dengan : Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Molar. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.

 Sinus Ethmoidalis
Terbentuk pada usia fetus bulan IV. Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae, dindingnya tipis.Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata.
Berhubungan dengan :  Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis, encefalitis dsb). Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma dan Nervus Optikus.  Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.

 Sinus Frontalis
            Sinus ini dapat terbentuk atau tidak. Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis. Volume pada orang dewasa ± 7cc. Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media). Berhubungan dengan :Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.

Sinus Sphenoidalis
 Terbentuk pada fetus usia bulan III. Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis. Volume pada orang dewasa ± 7 cc. Berhubungan dengan : Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii. Glandula pituitari, chiasma dan opticum. Tranctus olfactorius. Arteri basillaris brain stem (batang otak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar