Radiologi
adalah suatu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang memanfaatkan x-ray untuk
mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan di dalam tubuh manusia. Seperti unit
pelayanan kesehatan yang lain, radiologi pun memiliki petugas yang bertugas
untuk mengoperasikan pesawat sinar x sehingga pelayanan kesehatan yang
diinginkan dapat tercapai yang dinamakan radiografer.
Radiographer adalah seseorang yang diberi tugas dan
tanggung jawab, hak dan wewenang secara penuh untuk melakukan pelayanan radiographi
di unit pelayanan kesehatan. Dalam melakukan kegiatan radiografi terdapat
berbagai macam jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang radiografer. Mulai
dari tanpa menggunakan kontras sampai memakai kontras, CT Scan, MRI, dan
lainnya. Dengan persiapan khusus atau pun tidak. Semua itu dilakukan untuk
mendiagnosa kelainan dan gangguan yang ada dalam tubuh seseorang sesuai dengan
klinis.
Salah satunya, yaitu pemeriksaan Sinus Paranasal. Pada pasien-pasien dengan keluhan klinis
khas yang mengarah pada dugaan adanya sinusitis, antara lain pilek-pilek
kronik, nyeri kepala kronik, nyeri kepala satu sisi (kanan ataukiri), nafas
berbau, atau kelainan-kelainan lain pada sinus paranasal misalnya:
mukokel, pembentukan cairan dalam sinus-sinus, atau tumor, trauma sekitar
sinus paranasalis,diperlukan informasi mengenai sinus tersebut.
Sinus paranasal adalah sinus (rongga) pada
tulang berada sekitar nasal (hidung). Rongga - rongga pada tengkorak
ini berhubungan dengan hidung, dan secara terus – menerus
menghasilkan lendir yang dialirkan ke hidung. Gangguan aliran ini karena
berbagai sebab seperti penumpukan lendir di rongga sinus, jika terinfeksi oleh
kuman akan menyebabkan infeksi sinus
yang disebut sinusitis. Sinus paranasal terdiri dari sinus frontalis,ethmoidalis, sfenoidalis dan maksilaris. Sinus -
sinus ini bermuara ke dalam cavum nasi. Sinus paranasal dapat
digolongkan dalam 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu golongan anterior
sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinusmaksilaris.
Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan
sinus sphenoidalis.
Dengan pemeriksaan radiologis tersebut
para ahli radiologi dapat memberikan gambaran anatomi atau variasi anatomi,
kelainan-kelainan pada sinus paranasalis dan struktur tulang sekitarnya,
sehingga dapat memberikan diagnosis yang lebih dini.
Untuk
memperoleh gambaran yang maksimum dari Sinus Paranasal terdapat beberapa teknik
pembuatan radiografi yang dilakukan, salah satunya dengan menggunakan teknik kV
optimum
A.
Tujuan
Dalam penulisan makalah ini penulis
memiliki dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan
umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk
1. Memberikan informasi mengenai
cara melakukan pemeriksaan Sinus Paranasal.
2. Memberikan informasi tentang anatomi dari
Sinus Paranasal.
3. Menjelaskan tentang pemeriksaan
Sinus Paranasal dengan teknik kV optimum
Adapun
tujuan khusus dalam penulisan makalah yang berjudul Teknik kV Optimum
Pemeriksaan Sinus Paranasal ini diantaranya adalah :
1. Mengetahui
jenis-jenis pemeriksaan dengan menggunakan teknik kV optimum.
2. Memahami
klinis yang terjadi dalam pemeriksaan Sinus Paranasal.
3. Mengetahui
langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan Sinus Paranasal.
4. Memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
praktek Teknik Radiografi Lanjut.
A.
Anatomi
Sinus Paranasal
Sinus paranasal merupakan merupakan hasil
pneumatisasi tulang-tulang kepala , sehingga berbentuk rongga di dalam tulang. Jadi sinus
paranasal ialah rongga udara yang dilapisi
oleh mukosa yang terletak di dalam tulang-tulang wajah dan tengkorak. Sinus
paranasalis terbagi menjadi empat bagian, yaitu: sinus maxillaris, sinus
frontalis, sinus ethmoidalis, dan sinus sphenoidalis. Semua sinus mempunyai muara (ostium)
ke dalam rongga hidung.
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung
yaitu di meatus medius terdapat muara-muara dari sinus maksila, sinus frontal
dan sinus etmoid anterior. Di daerah yang sempit ini terdapat prosessus
uncinatus, infundibulum, hiatus semilunaris, recessus frontalis, bula etmoid
dan sel-sel etmoid anterior. Daerah yang sempit dan rumit ini disebut kompleks
osteomeatal ( KOM ) yang merupakan factor utama patogenesa tejadinya sinusitis.
Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia
bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak,
jadi tidak heran jika pada foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis
karena belum terbentuk.Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka
superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus
sphenoid. Fungsi sinus paranasal, sebagai berikut: membentuk pertumbuhan wajah
karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan, jika
tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak,
sebagai pengatur udara (air conditioning), peringan cranium,
resonansi suara, dan membantu produksi mukus.
Sinus Maksilaris
Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang
terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I. Bentuknya piramid, dasar piramid
pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae. Merupakan
sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa.Berhubungan
dengan : Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis)
sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata. Gigi, dibatasi
dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Molar. Ductus nasolakrimalis, terdapat
di dinding cavum nasi.
Sinus
Ethmoidalis
Terbentuk pada usia fetus bulan IV. Saat
lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15
cellulae, dindingnya tipis.Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon,
terletak antara hidung dan mata.
Berhubungan dengan : Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh
dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus
mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis, encefalitis dsb). Orbita,
dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada
sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga
terjadi Brill Hematoma dan Nervus Optikus. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior
dan pasterior.
Sinus
Frontalis
Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.
Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis. Volume pada orang
dewasa ± 7cc. Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media). Berhubungan dengan
:Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta. Orbita, dibatasi oleh
tulang compacta. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.
Sinus Sphenoidalis
Terbentuk pada
fetus usia bulan III. Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis. Volume
pada orang dewasa ± 7 cc. Berhubungan dengan : Sinus cavernosus pada dasar
cavum cranii. Glandula pituitari, chiasma dan opticum. Tranctus olfactorius. Arteri
basillaris brain stem (batang otak).