Selasa, 21 Januari 2014

Pemeriksaan Rutin Thorax PA



THORAX PA

Untuk posisi Thorax Pa diusahakan pasien berdiri / duduk karena diafragma berada pada ukuran terendah dan untuk mengurangi pembesaran jantung, pada pemeriksaan jantung digunakan foto PA dengan FFD 120 – 180 cm karena pada jarak tersebut ukuran jantung berada pada ukuran sebenarnya.
Skapula tidak akan menutupi daerah paru. Besar jantung dapat diperkirakan dengan lebih mudah. Tulang rusuk anterior tidak tampak jelas, sedang rusuk di bagian belakang semuanya menuju ke arah tulang punggung. Pada posisi ini kamera berada di belakang pasien.
Posisi Pasien
Pasien berdiri dengan dada menempel kaset / stand chest dan batas atas kaset kira-kira 3-5 cm di atas shoulder joint

Posisi Obyek
Tempatkan MSP tubuh berada pada tengah kaset, letakkan dagu pada atas kaset / chest stand.
Letakkan kedua punggung tangan di atas crista iliaka / hip dan rotasikan kedua elbow ke anterior sehingga shoulder menyentuh bagian kaset dan scapula tertarik ke arah lateral (untuk menghindari superposisi scapula dengan paru-paru)
Usahakan pasien inspirasi penuh pada saat eksposi
Usahakan kedua shoulder simetris kanan kiri untuk menghindari ketidaksimetrisan paru
Usahakan rambut tidak ada yang menutupi bagian obyek yang difoto


thoraxpa

CP
Tegak lurus film

CR
Pada MSP kira-kira pada vertebra thoracal V / Angulus Inferior Scapularis

Faktor Eksposi
63 kV, 16 mAs dengan grid

Kriteria
Tampak gambaran trachea, lungs, arcus aorta dan jantung
Scapula tidak menutupi gambaran paru-paru
Kedua costal margin dan sinus costoprenikus tidak terpotong
Kedua paru simetris dilihat dari jarak costal margin ke columna vertebra dan jarak acromioclavicular joint simetris
Tampak juga gambaran thoracal I-VII sebagai indikasi kV yang cukup

Sabtu, 18 Januari 2014

Radiasi Bermanfaat Looh .......

Radiasi pengion banyak menjanjikan manfaat bagi umat manusia, walaupun demikian kita harus waspada terhadap risikonya. Sebagai contoh, matahari  memancarkan segala jenis radiasi, termasuk radiasi inframerah (panas), radiasi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet. Radiasi-radiasi tersebut merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, dan kita tidak dapat hidup tanpa radiasi-radiasi tersebut. Namun, kita juga harus menyadari bahwa setiap radiasi alamiah dapat berakibat buruk. Terlalu banyak inframerah dapat menyebabkan benda terbakar. Terlalu banyak cahaya tampak dapat menyebabkan kebutaan, dan terlalu banyak ultraviolet dapat mengakibatkan kanker kulit atau kulit terbakar.
Masyarakat awam sering mendengar atau mengalami pemeriksaan kesehatan menggunakan sinar-X. Sinar-X digunakan dalam bidang kedokteran untuk menggambarkan rangka tubuh manusia dan struktur tubuh bagian dalam, mendeteksi benda-benda asing dalam tubuh, tulang patah, serta beberapa penyakit, misalnya tuberkolosis (TBC) dan pembengkakan jantung.
Namun, bila tidak digunakan secara hati-hati, sinar-X dapat meningkatkan risiko kanker dan bahkan dapat mengakibatkan kematian pasien. Akan tetapi, sifat-sifat radiasi pengion dan cara untuk meminimalkan jumlah dosis yang diterima dari penyinaran radiasi sinar-X telah dipahami. Karena itu, tak ada lagi alasan untuk takut terhadap penyinaran sinar-X, sepanjang digunakan secara tepat. Kita dapat meminimalkan pemakaian yang tidak tepat melalui pendidikan, pelatihan dan penegakan hukum atau aturan dan ketentuan yang berlaku. Semua radiasi pengion dapat digunakan secara luas untuk keperluan yang bermanfaat dengan tingkat keamanan yang tinggi.

Efek Radiasi Terhadap Manusia?

Efek radiasi terhadap sel tubuh
Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan dirinya sendiri.
Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun kelainan genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena dosis tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu atau dua bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu satu bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat yang sama.
Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih yang diberikan secara sekaligus pada seluruh tubuh dan tidak langsung mendapat perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian karena terjadinya kerusakan sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika segera dilakukan perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy tersebut mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50 Gy, jiwanya tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara sekaligus ke organ tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang sama jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang.
Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal. Sebagai contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih.
Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker. Penyebab sebenarnya dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain dapat disebabkan oleh radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut zat karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum periode laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain. Karena lamanya periode laten ini, seseorang yang masih hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat timbul kanker, maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zat-zat karsinogen, bukan hanya disebabkan oleh radiasi.

Jumat, 17 Januari 2014

Apa Sih CT-Scan Itu ?

Pemindai CT-scan atau CT-scanner (computerized tomography scanner) adalah mesin sinar-x khusus yang mengirimkan berbagai berkas pencintraan secara bersamaan dari sudut yang berbeda. Berkas-berkas sinar-X melewati tubuh dan kekuatannya diukur dengan algoritma khusus untuk pencitraan. Berkas yang telah melewati jaringan kurang padat seperti paru-paru akan menjadi lebih kuat, sedangkan berkas yang telah melewati jaringan padat seperti tulang akan lemah. Sebuah komputer dapat menggunakan informasi ini untuk menampilkan sebagai gambar dua dimensi pada monitor.
CT scan jauh lebih rinci daripada sinar-X biasa. Informasi dari gambar dua dimensi oleh komputer dapat direkonstruksi untuk menghasilkan gambar tiga dimensi pada beberapa CT scanner generasi baru. Gambar virtual ini dapat digunakan sebagai panduan dokter bedah selama operasi. CT scan memungkinkan dokter untuk memeriksa bagian dalam tubuh tanpa harus mengoperasi atau melakukan pemeriksaan yang tidak menyenangkan. CT scan juga terbukti sangat bermanfaat dalam penentuan tumor dan perencanaan pengobatan dengan radioterapi.
Teknik CT scan dikembangkan oleh Sir Godfrey Hounsfield dari Inggris, yang dianugerahi Hadiah Nobel untuk karyanya. CT scanner pada awalnya dirancang untuk mengambil gambar dari otak. Sekarang dengan teknologi yang jauh lebih maju, CT scanner digunakan untuk mengambil gambar pada hampir semua bagian tubuh.
Pemindai ini sangat baik pada pengujian untuk perdarahan di otak, untuk aneurisma (ketika dinding arteri membengkak), tumor otak dan kerusakan otak, tumor, abses di seluruh bagian tubuh, penyakit paru-paru, luka dalam di limpa, ginjal atau hati, atau cedera tulang, terutama tulang belakang.

Sinus Paranasal




Radiologi adalah suatu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang memanfaatkan x-ray untuk mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan di dalam tubuh manusia. Seperti unit pelayanan kesehatan yang lain, radiologi pun memiliki petugas yang bertugas untuk mengoperasikan pesawat sinar x sehingga pelayanan kesehatan yang diinginkan dapat tercapai yang dinamakan radiografer.
Radiographer adalah seseorang yang diberi tugas dan tanggung jawab, hak dan wewenang secara penuh untuk melakukan pelayanan radiographi di unit pelayanan kesehatan. Dalam melakukan kegiatan radiografi terdapat berbagai macam jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang radiografer. Mulai dari tanpa menggunakan kontras sampai memakai kontras, CT Scan, MRI, dan lainnya. Dengan persiapan khusus atau pun tidak. Semua itu dilakukan untuk mendiagnosa kelainan dan gangguan yang ada dalam tubuh seseorang sesuai dengan klinis.
Salah satunya, yaitu pemeriksaan Sinus Paranasal. Pada pasien-pasien dengan keluhan klinis khas yang mengarah pada dugaan adanya sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, nyeri kepala kronik, nyeri kepala satu sisi (kanan ataukiri), nafas berbau, atau kelainan-kelainan lain pada sinus paranasal misalnya: mukokel, pembentukan cairan dalam sinus-sinus, atau tumor, trauma sekitar sinus paranasalis,diperlukan informasi mengenai sinus tersebut.
Sinus paranasal adalah sinus (rongga) pada tulang berada sekitar nasal (hidung). Rongga - rongga pada tengkorak ini berhubungan dengan hidung, dan secara terus – menerus menghasilkan lendir yang dialirkan ke hidung. Gangguan aliran ini karena berbagai sebab seperti penumpukan lendir di rongga sinus, jika terinfeksi oleh kuman akan menyebabkan  infeksi sinus yang disebut sinusitis. Sinus paranasal terdiri dari sinus frontalis,ethmoidalis, sfenoidalis dan maksilaris. Sinus - sinus ini bermuara ke dalam cavum nasi. Sinus paranasal dapat digolongkan dalam 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu golongan anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinusmaksilaris. Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis.
Dengan pemeriksaan radiologis tersebut para ahli radiologi dapat memberikan gambaran anatomi atau variasi anatomi, kelainan-kelainan pada sinus paranasalis dan struktur tulang sekitarnya, sehingga dapat memberikan diagnosis yang lebih dini.
Untuk memperoleh gambaran yang maksimum dari Sinus Paranasal terdapat beberapa teknik pembuatan radiografi yang dilakukan, salah satunya dengan menggunakan teknik kV optimum
A.   Tujuan

            Dalam penulisan makalah ini penulis memiliki dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk
1.    Memberikan informasi mengenai cara melakukan pemeriksaan Sinus Paranasal.
2.    Memberikan informasi tentang anatomi dari Sinus Paranasal.
3.    Menjelaskan tentang pemeriksaan Sinus Paranasal dengan teknik kV optimum
Adapun tujuan khusus dalam penulisan makalah yang berjudul Teknik kV Optimum Pemeriksaan Sinus Paranasal ini diantaranya adalah :
1.    Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan dengan menggunakan teknik kV optimum.
2.    Memahami klinis yang terjadi dalam pemeriksaan Sinus Paranasal.
3.    Mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan Sinus Paranasal.
4.    Memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen praktek Teknik Radiografi Lanjut.

A.   Anatomi Sinus Paranasal
Sinus paranasal merupakan merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala , sehingga berbentuk rongga di dalam tulang. Jadi sinus paranasal ialah rongga udara yang dilapisi oleh mukosa yang terletak di dalam tulang-tulang wajah dan tengkorak. Sinus paranasalis terbagi menjadi empat bagian, yaitu: sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis, dan sinus sphenoidalis.  Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius terdapat muara-muara dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Di daerah yang sempit ini terdapat prosessus uncinatus, infundibulum, hiatus semilunaris, recessus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior. Daerah yang sempit dan rumit ini disebut kompleks osteomeatal ( KOM ) yang merupakan factor utama patogenesa tejadinya sinusitis.


Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk.Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sphenoid. Fungsi sinus paranasal, sebagai berikut: membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan, jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak,
sebagai pengatur udara (air conditioning), peringan cranium,
resonansi suara, dan membantu produksi mukus.

 Sinus Maksilaris
Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I. Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae. Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa.Berhubungan dengan : Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Molar. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.

 Sinus Ethmoidalis
Terbentuk pada usia fetus bulan IV. Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae, dindingnya tipis.Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata.
Berhubungan dengan :  Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis, encefalitis dsb). Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma dan Nervus Optikus.  Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.

 Sinus Frontalis
            Sinus ini dapat terbentuk atau tidak. Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis. Volume pada orang dewasa ± 7cc. Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media). Berhubungan dengan :Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.

Sinus Sphenoidalis
 Terbentuk pada fetus usia bulan III. Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis. Volume pada orang dewasa ± 7 cc. Berhubungan dengan : Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii. Glandula pituitari, chiasma dan opticum. Tranctus olfactorius. Arteri basillaris brain stem (batang otak).

PEMERIKSAAN HSG

Histerosalpingografi atau HSG sendiri pengertiannya adalah Pemeriksaan secara radiologi organ reproduksi wanita bagian dalam pada daerah uterus, tuba fallopii, cervix dan ovarium mengunakan media kontras positif. Pemeriksaan ini biasanya sering dilakukan pada ibu-ibu dengan indikasi Infertil baik primer maupun sekunder. Akan tetapi juga bisa dilakukan untuk indikasi-indikasi lain yang tentunya merupakan kelainan pada organ reproduksi wanita.
Indikasi Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG)
Indikasi pemeriksaan Histerosalpingografi adalah :
  1. Menentukan keberhasilan tindakan operasi sterilitas,
  2. Sterilitas primer maupun sekunder untuk melihat normal tuba (paten tidaknya tuba),
  3. Fibronyoma pada uteri,
  4. Hypoplasia endometri,
  5. Perlekatan-perlekatan dalam uterus,adenomiosis.
Kontra Indikasi Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG)
Kontra Indikasi dari pemeriksaan HSG adalah :
  1. Menstrurasi,
  2. Peradangan dalam rongga pelvis,
  3. Persarahan dalam kavum uteri,
  4. Alergi terhadap bahan kontras,
  5. Setelah dikerjakannya curettage,
  6. Kecurigaan adanya kehamilan.
A.   PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Pelaksanaan Pemeriksaan HSG
Sebaiknya pemeriksaan HSG dilaksanakan pada masa Subur / Fertile efektifnya yaitu 10 hari setelah HPHT (Hari Pertama Haid Terahir). Akan tetapi pada prakteknya tidak pasti sperti itu. Untuk pasien dengan siklus haid Normal ( Haid 7 hari) maka pemeriksaan dilakukan 10-14 hari setlah HPHT. Dan untuk pasien dengan  siklus haid tidak Normal maka pemeriksaan dilakukan 3-4 hari setelah haid selesai
2. Persiapan Pasien
Persiapan penderita untuk pemeriksaan HSG adalah sebagai berikut :
  1. Penderita sejak hari pertama menstruasi yang terakhir sampai hari kesepuluh tidak diperkenankan melakukan persetubuhan (koitus) terlebih dahulu.
  2. Pada pemeriksaan sebaiknya rektum dalam keadaan kosong, hal ini dapat dilakukan dengan memberi penderita tablet dulcolak suposutoria beberapa jam sebelum pemeriksaan atau sebelum lavemen.
  3. Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit, atas perintah dokter penderita dapat diberi obat penenang, dan anti spasmodik.
  4. Sebelum pemeriksaan yang dilakukan penderita untuk buang air kecil terlebih dahulu untuk menghindari agar penderita tidak buang air selama jalannya pemeriksaan sehingga pemeriksaan tidak terganggu dan berjalan lancar.
  5. Berikan penjelasan pada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan, serta jalannya pemeriksaan agar pasien merasa aman dan tenang sehingga dapat diajak kerjasama demi kelancaran pemeriksaan.
3. Pemasukan Media Kontras
Pemasukan media kontras bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan HSG Set dan dengan Katerer. Media kontras yang dipakai adalah media kontras positif jenis Iodium water soluble yang sering digunakan adalah Urografin 60%, Urografin 76 %.
1. Pemasukan media kontras menggunakan HSG Set
  • Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan, diberi juga obat antiseptik daerah cervix.
  • Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan HSG Set masuk kemudian bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.
  • Siapkan HSG set yang telah dimasuki media kontras, sebelum dimasukkan terlebih dahulu semprotkan media kontras sampai keluar dari ujung HSG set..
  • Dengan bantuan long forcep, HSG set dimasukan perlahan ke ostium uteri externa.
  • Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih
  • Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil radiografinya
  • Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.
2. Pemasukan media kontras menggunakan Kateter
  • Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan, diberi juga obat antiseptik daerah cervix.
  • Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan kateter masuk kemudian bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.
  • Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung kateter, sebelumnya kateter diisi terlebih dahulu dengan media kontras sampai lumen kateter penuh.
  • Dengan bantuan long forcep, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri externa
  • Balon kateter diisi dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon mengembang diantara ostium interna & externa, balon ini harus terkait erat pd canalis servicalis, kemudian spekulum dilepas.
  • Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih
  • Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil radiografinya
  • Balon dikempeskan dan kateter dapat ditarik secara perlahan
  • Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.
B.   PROYEKSI
Untuk pemasukan media konrad dengan HSG set maupun kateter proyeksi yang digunakan sama. Foto diambil dengan proyeksi sebagai berikut.
  • AP Plan foto
  • AP dengan Kontras
  • Oblik dengan Kontras
  • AP Post miksi
  1. Proyeksi AP
Proyeksi AP ini digunakan untuk plan foto, proyeksi setelah dimasukannya media kontras,dan post miksi. Prosedurnya sebagai berikut:
Posisi Pasien : pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan untuk plan foto dan post miksi, lakukan posisi Lithotomi saat pemasukan HSG Set atau kateter dan untuk proyeksi AP setelah pemasukan media kontras.
Posisi Objek : Daerah pelvis true AP dan atur MSP tbuh pada pertengahan kaset atau meja pemeriksaan. Atur kaset pada posisi membujur.
Central Ray  : Vertical tegak lurus film
Central Point: 5 cm proximal symphisis phubis
  1. Proyeksi Oblique
Proyeksi Oblique ini digunakan untuk proyeksi setelah dimasukannya media kontras pada vagina. Prosedurnya sebagai berikut:
Posisi Pasien: Pasien tidur semi supine ke salah satu sisi tubuh (LPO atau RPO)
Posisi Objek : Atur daerah pelvis posisi oblik kira-kira 45 derajat. Atur kaset pada posisi membujur.
Central Ray  : Vertical tegak lurus film
Central Point: 5 cm proximal symphisis pubis
- RPO : 2 cm kearah kiri dari MSP
- LPO  : 2 cm kearah kanan dari MSP
Kriteria radiograf:
Hal berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Daerah panggul 2 inci (5 cm) di atas simfisis pubis terpusat pada film radiografi
  • Semua media kontras terlihat, termasuk setiap daerah “tumpahan”
  • Sebuah skala pendek dari kontras pada radiografi
sumber :http://bocahradiography.wordpress.com/2012/05/22/teknik-pemeriksaan-radiografi-histerosalpingografi-hsg/

TEKNIK PEMERIKSAAN GENU (KNEE JOINT)

PROYEKSI  AP


Ukuran Kaset :  24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Lateral )
FFD : 90 cm
CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film
CP : Pada pertengahan patella

Posisi Pasien :

- Atur pasien pada posisi supine diatas meja pemeriksaan atau pasien berdiri menghadap x-ray tube dan pastikan tidak ada rotasi atau pergerakan pada panggul pasien.
- Dengan kaset dibawah lutut pasien, lokasikan bagian apex patella, dan setelah itu pasien diinstruksikan untuk meregangkan bagian lututnya. Pusatkan kaset sekitar setengah inci di bawah apex patella. dan pusatkan bagian tengah kaset pada bagian tengah persendian lutut.
- Lindungi  area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan karet dari timbal atau apron



Kriteria Gambar :

Berikut ialah beberapa hal yang wajib tercakup dalam radiografi lutut proyeksi AP :
- Terbukanya persendian femorotibial
- Tidak ada rotasi tulang paha dan tibia
- Tampak patella terproyeksi pada bagian pertengahan kaset




PROYEKSI  LATERAL


Ukuran Kaset :  24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Lateral )
FFD : 90 cm
CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film
CP : Pada pertengahan patella

Posisi Pasien :

- Perintahkan pasien untuk mengarah pada sisi yang akan diperiksa
- Fleksikan bagian lutut pasien pada ukuran 20-30 derajat dengan tujuan untuk memaksimalkan rongga persendian lutut.(ada beberapa rumah sakit yang menstandarkan fleksian lutut sebesar 45 sampai 90 derajat .sesuai permintaan radiolog)
- Lokasikan bagian persendian lutut di bawah apex patella
- Lindungi  area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan karet dari timbal atau apron 




Kriteria Gambar :

Berikut ialah beberapa hal yang wajib tercakup dalam radiografi lutut proyeksi Lateral :
- Tampak pattela dalam proyeksi true lateral.
- Terbukanya articulasio pattelo femoralis.
- Caput Os.fibula dan Os.Tibia tampak super posisi.
- Terlihat soft tissue disekitar lutut.
- Tampak marker R atau L.


Sumber :http://cafe-radiologi.blogspot.com/2010/09/proyeksi-ap-dan-lateral-pada-lutut-atau.html#more

Kamis, 16 Januari 2014

Mengenal Computer Radiography (CR)

Bicara tentang radiologi, yaa pastinya tiidak terlepas dari teknologi yang berkembang saat ini.. yapss, teknologi tersebut adalah KOMPUTER. Di dunia radiologi juga menggunakan komputer loh untuk meningkatkan kualitas gambaran radiograf atau hasil rontgen sehingga mengefesienkan waktu dan meningkatkan hasil diagnosa. berikut ulasannya :)
a.    Pengertian Komputer 

     Pada hakikatnya komputer adalah sebuah alat hitung, seiring dengan perkembangan zaman komputer berkembang menjadi sebuah barang yang dapat difungsikan untuk berbagai keperluan. Komputer merupakan alat pengendali pada sistem computed radiography dan berfungsi untuk melakukan proses scaning, rekonstruksi atau pengolahan data, menampilkan gambar (display image) serta menganalisa gambar. 

        Menurut James. A. O’brein (1984:10) komputer adalah sebuah peralatan yang mempunyai kemampuan untuk menerima data, menyimpan data dan menjalankan sebuah instruki program secara otomatis melakukan penghitungan logika dan operasi manipulasi pada data dan melaporkan hasilnya. 
     Salah satu jenis komputer yang paling populer dikenal dimasyarakat adalah personal computed (PC). Personal computed merupakan suatu komputer yang digunakan oleh satu orang yang berisi aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan oleh pengguna tersebut (Michele, 1986). 
     Menurut george B.Grenfield, MD (1984:5) komputer digital biasanya diklasifikasikan berdasarkan atas ukuran dan kemampuan dalam menghitung. Salah satu parameter penting untuk menyatakan kekuatan komputer, yaitu kecepatan dalam operasi. Kecepatan bergantung pada banyak faktor seperti desain processor, jumlah kata, dan kecepatan perubahan gerbang dasar. Ukuran besar dalam komputer disebut BFLops per second (Billion floating point operations per second). Alat – alat pheriperal juga mempengaruhi kecepatan dari sebuah program, seperti waktu masuk disket (disk acces time) dan jalur kecepatan alat pencetak (printer). 
      Adapun komponen-komponen yang dapat ditemukan pada komputer adalah sebagai berikut 
1)   Perangkat Keras (Hardware) 
    Semua peralatan yang secara fisik terlihat dan dapat dijamah dalam suatu komputer. Secara garis besar hardware dapat dikelompokkan menjadi :  
     a) Alat Input (Input device) yaitu bagian dari system komputer yg berfungsi untuk menerima input (masukan data), contohnya keyboard, pointing device, scanner, sensor 
    b) perangkat penyimpanan (Storage Device) Merupakan media untuk menyimpan data seperti disket, harddisk, CD-I, flash disk dll.  
    c) Alat Pemproses yaitu alat dimana instruksi-intruksi program diproses untuk mengolah data yang sudah dimasukkan lewat alat input dan hasilnya akan ditampilkan dalam alat ouput. Alat pemroses terdiri dari central processor atau CPU (central processor unit) dan main memory.  
   d) Alat Output (Output device) yaitu bagian dari system komputer yg berfungsi sebagai penerima hasil pengolahan data dan mengeluarkannya sehingga menghasilkan output. 

2)   Perangkat / Piranti Lunak (Software), 
   Software merupakan program-program komputer yang berguna untuk menjalankan suatu pekerjaan sesuai dengan yang dikehendaki. Program tersebut ditulis dengan bahasa khusus yang dimengerti oleh komputer. Software terdiri dari beberapa jenis, yaitu: 
    a) Paket Aplikasi (package software) seperti GL, MYOB, Payroll dll. Merupakan program yang khusus melakukan suatu pekerjaan tertentu, seperti program gaji pada suatu perusahaan. Maka program ini hanya digunakan oleh bagian keuangan saja tidak dapat digunakan oleh departemen yang lain. Biasanya program aplikasi ini dibuat oleh seorang programmer komputer sesuai dengan permintaan / kebutuhan seseorang / lembaga/ perusahaan guna keperluan interennya. 
  b)  Sistem operasi (operating system) adalah software yang berfungsi untuk mengaktifkan seluruh perangkat yang terpasang pada komputer sehingga masing-masingnya dapat saling berkomunikasi. Tanpa ada sistem operasi maka komputer tak dapat difungsikan sama sekali., misalnyaDOS, UNIX, Windows, Linux,dll. 
c)   Program Utility,seperti Norton Utility, Scandisk, PC Tools, dll. Program utility berfungsi untuk membantu atau mengisikekurangan/kelemahan dari system operasi, misalnya PC Tools dapat melakukan perintah format sebagaimana DOS, tapi PC Tools mampu memberikan keterangan dan animasi yang bagus dalam proses pemformatan. File yang telah dihapus oleh DOS tidak dapat dikembalikan lagi tapi dengan program bantu hal ini dapat dilakukan. Bahasa program (program language), yang dipakai oleh para pembuat program (programmer) untuk membuat daftar instruksi yang harus dilaksanakan oleh komputer. Contoh bahasa program adalah Basic, Cobol, Fortran, Pascal, Assembler, dll. 

3)   Manusia-nya (Brainware) 
    Brainware merupakan manusia atau orang-orang yang bekerja didalam mengoperasikan serta mengatur sistem komputer, mereka diantaranya adalah : 
     a) System Analyst yang bertugas mempelajari, menganalisa, merancang dan membentuk suatu sistem / prosedur pengolahan data secara elektronik berdasarkan aplikasi yang dipesan oleh pemakai jasa komputer.  
   b) Programmer yang bertugas di dalam data processing programming berdasarkan program  spesialisasi. 
   c) Operator yang bertugas mempersiapkan komputer utk memproses suatu program mulai dari menghidupkan komputer, menjalankan komputer (mengoperasikan program-program komputer / aplikasi komputer). 

B. Pengertian Computer Radiografer

   Computed radiography adalah satu sistem atau proses untuk mengubah sistem analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi, dengan menggunakan photostimulable untuk mengakuisisi data dan menampilkan parameter dari gambaran yang akan dimanipulasi oleh komputer (Balliger, 1999:370) 
     Computed radiography masih memerlukan x-ray unit seperti halnya radiografi konvensional sebagai sumber radiasi untuk mengekspose pasien.

C. Komponen Computed Radiography 
     Adapun komponen dari computed radiography yaitu: 
    1)   Imaging plate (IP) 
       Imaging plate adalah plat film yang mempunyai kemampuan menyimpan energi sinar-x, dan energi tersebut dapat di bebaskan atau dikeluarkan melalui proses scanning dngan menggunakan laser. Imaging plate biasa digunakan dengan ditempatkan dalam cassette imaging plate. Ukuran imaging plate yang paling banyak digunakan adalah 18x24, 24x30, 35x35, dan 35x43 cm. ukuran 30x40 cm tidak ada lagi karena ukuran tersebut akan digunakan 35x43 cm. imaging plate merupakan media pencatat gambaran sinar x pada computed radiography, yang terbuat dari bahan photostimulablephosphor tinggi, BaFX (X=halogen). 
         Pada penggunaan radiografi konvensional digunakan penggabungan antara film radiogrfi dan screen, akan tetapi pada computed radiography menggunakan imaging plate. Walaupun imaging plate terlihat sama dengan screen konvensional tetapi fungsinya sangatlah jauh berbeda dengan imaging plate, karena pada imaging plate berfungsi untuk mencatat gambar sinar-x kedalam foto stimulable phosphor dan menyampaikan informasi gambar itu kedalam bentuk elektrik.
Struktur dari imaging plate adalah : 
a)    Protective layer : berukuran tipis & transparent berfungsi untuk melindungi IP. 
b)   Phosphor layer : mengandung barium fluorohalide dalam bahan pengikatnya. 
c)    Reflective layer : terdiri dari partikel yang dapat memantulkan cahaya. 
d)   Conductive layer : terdiri dari Kristal konduktif. Yang berfungsi untuk mengurangi masalah yang disebabkan oleh electrostatic. Selain itu ia juga mempunyai kemampuan untuk menyerap cahaya dan dengan demikian hal tersebut dapat meningkatkan ketajaman gambaran. 
e) Support layer : mempunyai stuktur dan fungsi yang sama seperti yang ada pada intensifying screen. 
f) Backing layer : lapisan soft polimer untuk melindungi imaging plate selama proses pembacaan di dalam image reader. 
g)Bar code label : digunakan untuk memberikan nomor seri dan untuk mengidentifikasi imaging plate tertentu yang kemudian dapat dihubungkan dengan data pasien.
   2)   Cassette 
         Cassette pada computed radiography  bagian depan (front side) terbuat dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat dari aliminium.
 3)   Image reader 
     Berfungsi sebagai pembaca, pengolah gambar yang diperoleh dari imaging plate yang dijalankan dengan menggunakan laser scanner. Dilengkapi dengan preview monitor untuk melihat apakah pemotretan yang dilakukan tidak terpotong atau obyeknya bergerak. Pada kasus ini pemotretan harus diulang. Namun apabila gambar kurang baik karena faktor eksposi pemotretan tidak perlu diulang pemotretan tersebut, karena gambaran dapat diperbaiki dengan image console. Semakin besar kapasitas memori dari image reader semakin cepat waktu yang diperlukan untuk memproses imaging plate, karena semakin besar memori dari suatu perangkat komputer maka semakin besar daya simpan dari perangkat tersebut. Semakin besar memori dari image reader akan menghasilkan daya perputaran dari perangkat memori yang besar. Selain itu, imaging reader juga mempunyai beberapa peranan penting dalam proses pembacaan, pengolahan gambar, sistem transportasi imaging plate serta proses penghapusan data gambar dari permukaan imaging plate.
  
4)   Image console 
     Berfungsi untuk mengolah gambar, berupa komputer dengan software khusus untuk medical imaging. Gambar dapat diolah tampilannya sehingga memudahkan memperoleh gambar yang lebih baik. 
   Pada image console juga dilengkapi dengan menu yang lebih dari 200 macam pilihan gambar yang sesuai dengan bagian anatomi yang akan difoto pada anatomi tertentu. Karena computed radiography merupakan bentuk digital, bermacam-macam jenis processing gambar dapat digunakan untuk menambah dan juga mempertinggi kualitas gambar. 
5)   Imager (printer)
      Apabila foto dikehendaki untuk dicetak maka gambar dapat dikirim kebagianimager untuk dicetak sesuai yang diinginkan karena imager itu sendiri mempunyai fungsi sebagai pencetak gambaran. Pada proses pencetakan ini tidak memerlukan kamar gelap lagi karena dapat dicetak langsung didalam dry imager tanpa harus di kamar gelap, dan juga tidak memerlukan lagi cairan seperti fixer dan developer sehingga tempat kerja biasa lebih bersih.
  
c.    Prinsip kerja computed radiography 
     1)   Imaging plate yang terletak didalam kaset, dilakukan eksposi dengan menggunakan peralatan pembangkit sinar-x. Pada saat sinar-x menembus objek, akan terjadi attenuasi (perlemahan) akibat dari kerapatan objek karena berkas sinar-x yang melalui objek tersebut. Kemudian membentuk bayangan laten. 
     2)   IP cassete kemudian dimasukkan kedalam image reader. Di dalam image reader, bayangan laten yang disimpan pada permukaan phosphor, dibaca dan dikeluarkan menggunakan cahaya infra merah untuk menstimulus phosphor, sehingga mengakibatkan energi yang tersimpan berubah menjadi cahaya tampak. 
    3)   Cahaya yang dikeluarkan dari permukaan plate, akan ditangkap oleh sebuah pengumpul cahaya dan diteruskan ke tabung photomultiplier yang mengubah energi cahaya tersebut menjadi sinyal listrik analog. 
   4)   Selanjutnya sinyal analog ini diubah menjadi sinyal digital oleh rangkaian analog to digital converter (ADC) dan diproses dalam komputer.
   5)   Setelah proses pembacaan selesai, data gambar pada imaging plate dapat dihapus dengan cara imaging plate dikenai cahaya yang kuat. Hal ini membuat imaging plate dapat dipergunakan kembali. 
  6)   Setelah gambaran tampil dilayar monitor, gambaran tersebut dapat dilakukan rekontruksi atau dimanipulasi pada image console sehingga mendapatkan gambaran yang diinginkan.
Apabila gambaran sudah baik, maka terdapat dua pilihan, apakah gambaran akan dicetak dengan film atau disimpan didalam file khusus. Jika ingin dicetak, maka gambaran akan dicetek menggunakan lasser.        
 d.    Persamaan Radiografi Konvensional dan Computed Radiography
1)   Menggunakan x-ray dalam pencitraan gambar
2)   Masih memilih Kvp dan mAs yang standar
3)   Menggunakan kaset atau gambar reseptor
     4)   Terdapat bayangan laten yang dapat diolah menjadi bayangan nyata
e.    Kelebihan dan Kekurangan Computed Radiography
Adapun kelebihan dan kekurangan pada computed radiography, antara lain:
1)   Kelebihan
a)    Biaya operasional lebih rendah daripada konvensional
b)     Foto bisa diprint lebih kecil
c)     Tidak menggunakan bahan kimia, tetapi menggunakan sebuah komputer.
d)     Brightness gambar dapat diatur sesuai keinginan.
e)     Gambar dapat disimpan dalam bentuk cetak film, hard disk, compact disk.
2)   Kekurangan
a)     Membutuhkan energi listrik yang banyak.
b)  Sumber Daya Manusia yang masih kurang berkompeten dalam menangani      computed radiography.

sumber :
http://dunia-radiology.blogspot.com/2013/10/computer-radiography_8.html

Bushong, Steward C. 2001. Radiologic Science for Technologists, Physics, Biology and Protection. Saint Louis : Mosby.
http://www.babehedi.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo_281.html
http://catatanradiograf.blogspot.com/2011/06/dasar-computed-radiography.html